Relawan Kemenkeu Mengajar 2 Pontianak |
Hidup untuk memberi sebanyak-banyaknya
dan bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
(Mr. Harfan, Film Laskar Pelangi, 2008)
Seorang
anak laki-laki mengangkat tangannya tinggi-tinggi ketika seorang relawan
pengajar dengan setengah berteriak bertanya,”ayo siapa yang kalau sudah besar
ingin jadi polisi ?”. Dengan suara yang sama lantangnya bocah cilik itu
menjawab, “saya, Kak !”. Kawan saya itu mengacungkan ibu jarinya, “Bagus, Dek !
Kalau polisi seragamnya warna apa ya ?”. Si bocah tanpa ragu-ragu
menjawab,”hijau !” Kawan saya langsung tertegun. Kaget tentunya. Polisi adalah
sebuah profesi yang sangat populer di kalangan anak-anak. Jadi, bagaimana
mungkin seorang anak di Sekolah Dasar (SD) tidak bisa membedakan antara polisi
dan tentara. Meskipun sama gagahnya, atribut
yang mereka kenakan jelas berbeda bukan ?
Cerita
tadi adalah pengalaman kawan saya yang pernah menjadi relawan mengajar pada
program sosial lain, di sebuah desa kecil di Kalimantan Barat. Kejadian dua
tahun lalu masih terus terbayang-bayang. Kejadian itu menjadi salah satu alasan
kuat kawan saya tadi untuk kemudian turut serta menjadi salah satu relawan dalam
Kemenkeu Mengajar 1 tahun lalu. Alasan yang sama membuat saya semakin bertekad
kuat untuk ikut serta di Kemenkeu Mengajar 2 tahun ini.
---
Kemenkeu
Mengajar dalam kegiatan kerelawanannya hadir menyapa anak-anak didik SD. Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian
untuk memperingati Hari Oeang yang dimaksudkan untuk berbagi inspirasi ke
seluruh penjuru negeri dengan materi yang disampaikan seputar tugas, pokok dan
fungsi yang diembannya. Kemenkeu Mengajar tahun 2017 yang akan diselenggarakan
serentak pada tanggal 23 Oktober 2017 di 53 kota/kabupaten yang tersebar di 29
provinsi di Indonesia dengan jumlah relawan 1624 orang. Jumlah ini meningkat
luar biasa dari Kemenkeu Mengajar 1 tahun 2016. Dahulu, kegiatan serupa diselenggarakan terbatas di enam kota di
Indonesia, yaitu Jakarta, Balikpapan, Makassar, Banda Aceh, Denpasar dan Sorong
dengan melibatkan 35 SD dan 600 relawan. Unsur kerelawanan tidak hanya pada
waktu yang disediakan oleh pegawai,
tetapi juga ada pendanaan mengingat kegiatan ini sepenuhnya tidak dibebankan
pada APBN.
Perkembangan
seorang manusia ibarat sebuah anak tangga. Usia kanak-kanak atau yang biasa
disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan
potensinya. Hasil penelitian bahkan menunjukkan bahwa sekitar lima puluh persen
variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat
tahun. Perkembangan paling pesat berkaitan dengan kemampuan kognitif anak
terjadi pada saat anak mulai masuk sekolah dasar (usia 6 – 7 tahun). Kemampuan
ini akan berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada
masa sekolah menengah atas.
Perkembangan
kognitif diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan dan
memecahkan masalah sederhana. Maka meletakkan dasar yang kuat pada anak tangga
paling dasar, yaitu pada usia dini akan merangsang anak untuk berkembang
maksimal. Pentingnya pendidikan dasar pada seorang anak menjadikannya sebagai
salah satu hak dasar manusia. Tidak hanya tertuang dalam Pasal 31 UUD 1945
Amandemen, hak tersebut juga tertuang dalam The
Education Imerative: Supporting Education in Emergencies. Dokumen tersebut
diterbitkan oleh Academy for Educational
Development (Washington D.C) dan Women’s Commission for Refugee Women and
Children (New York) Tahun 2002 (Ahmad Baedowi, 2012:19). Diharapkan dengan pendidikan dasar yang baik akan membentuk manusia yang ber-IQ (Intellegence Quotient) plus
juga mempunyai Emotional Quotient
(EQ) yang membanggakan.
Sebuah
kisah tokoh sukses Thomas Alva Edison, seorang penemu dari Amerika dan
merupakan satu dari penemu terbesar sepanjang sejarah dapat menjadi tempat kita
untuk bercermin. Selama karirnya, Thomas
Alva Edison telah mempatenkan sekitar dari 1.093 hasil penemuannya, termasuk bola lampu listrik dan gramophone, juga kamera film. Pada usia 12 tahun Edison hampir mengalami
kehilangan seluruh pendengaran karena penyakit yang dideritanya, penyakit itu
membuatnya menjadi setengah tuli. Namun ibunya terus menyemangatinya. Dimasa
kecilnya, Edison hanya bersekolah di sekolah yang resmi selama tiga
bulan, selanjutnya semua pendidikannya diperoleh dari ibunya yang mengajar
Edison di rumah. Ibu Edison mengajarkan Edison cara membaca, menulis, dan
matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan buku-buku bagi Edison,
antara lain buku-buku yang berasal dari penulis seperti Edward Gibbon, William
Shakespeare dan Charles Dickens. Edison mulai bekerja pada usia yang sangat
muda dan terus bekerja hingga akhir hayatnya. Pada tahun 1868, di usia 21 tahun, dia telah mengembangkan
dan mempatentkan penemuannya yang berupa sebuah mesin yang merekam telegraph.
Memperkenalkan
sebuah profesi atau pekerjaan adalah sebuah pendidikan karakter yang penting
bagi seorang anak. Tidak heran jika kemudian materi tentang profesi menjadi
salah satu bahan ajar di kelas tiga SD, yaitu pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Materi yang disampaikan mulai dari memperkenalkan profesi
yang telah populer di masyarakat maupun yang belum, seperti apa yang dilakukan orang
yang menjalani profesi tersebut atau atribut (seragam) yang digunakan. Profesi
yang nantinya dapat menjadi sandaran hidup sangat banyak, tidak hanya menjadi
polisi, tentara atau guru. Banyak profesi baru yang sedang cukup menjanjikan,
misalkan menjadi seorang penulis atau bahkan yang sedang populer seperti youtuber.
Pada
level selanjutnya yang tidak boleh dilewatkan adalah memberi pemahaman pada
para anak didik bahwa profesi dimaksud juga mempunyai fungsi. Memperkenalkan beragam profesi kepada seorang anak ibarat
membuka cakrawala, membantu mereka untuk menemukan banyak bintang di langit. Seorang
anak harus memiliki mimpi yang akan digantungkan di salah satu bintang itu, ia
bisa menjadi apa saja yang dia inginkan. Bukankah tugas orang tua adalah
memberi terang jalan seorang anak ?
Kementerian
Keuangan adalah sebuah institusi yang diamanatkan untuk mengelola keuangan
negara. Baik dan buruknya keuangan negara bersandar di pundaknya. Sebagai
pengelola keuangan negara digawangi oleh sebelas unit eselon I. Meski semua
tugas dan fungsi unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan akan bermuara
pada pengelolaan keuangan negara, namun mempunyai karakter yang berbeda-beda
sebut saja salah satunya yaitu Ditjen Pajak. Unit eselon I ini mempunyai tugas
utama untuk melakukan pemungutan pajak. Lain lagi ceritanya dengan Ditjen Kekayaan Negara yang mempunyai tugas pokok merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kekayaan negara,
piutang negara dan lelang. Tugas sedemikian besar sudah barang tentu memerlukan
sumber daya yang mumpuni. Bisa jadi salah satu dari anak-anak di kelas-kelas
inspirasi Kemenkeu Mengajar kelak akan menjadi Menteri Keuangan RI. Jika benar
demikian, bukankah para relawan menjadi salah satu lentera yang menerangi jalan
hidup mereka ?
----
Belalang Sipit
Pontianak
30/10/2017
2 comments
Write commentsCadas
ReplyOke deh kaka
Reply