Bercermin di Birunya Situ Cicerem
Sekali tempo tiap orang pernah berkhayal tentang sebuah tempat yang ingin dihabiskan bersama orang-orang yang dicintai. Khayalan saya dan kamu tentang tempat itu mungkin berbeda, atau bisa juga sama. Jika iya, bisa jadi kita berada di RT atau RW yang sama. Saling sapa saat jumpa di pasar atau pertemuan warga.
Anggap saja khayalan kita sama. Udara segar, rimbun pepohonan dan air jernih kebiruan dengan ikan-ikan yang berenang
bebas adalah kombinasi pas dari khayalan
saya tentang kampung kita. Kalau kamu
Situ Circerem terletak di kaki gunung Ciremei, atau tepatnya di Desa Kaduela, Pesawahan, Kuningan, Jawa Barat. Mungkin karena jalan yang relatif mulus dan hijaunya persawahan tidak terasa sudah kurang lebih 50 menit berkendara dari Cirebon menuju Situ Cicerem.
Situ Cicerem atau Telaga Cicerem disebut
juga Telaga Biru Cicerem. Saya tidak perlu bertanya mengapa tempat itu dikenal sebagai telaga biru. Air telaga berwarna biru kehijauan, bening dan jernih. Seorang
pengunjung bahkan tidak sungkan
menjadikannya cermin untuk berkaca.
Dengannya ia dapat membetulkan jilbabnya yang kedapatan terpasang miring sebelum temannya yang lain mengabaikan gayanya di depan kamera.
"Teh, ikannya dikasih makan. Lempar makanannya dekat kaki biar ikannya mendekat," saya mendengar aba-aba
mamang pengarah gaya. Mamang
tukang foto mengiyakan. Puluhan ikan mas lantas berduyun berebut makanan
tepat di bawah kaki kawan saya yang tengah bergaya duduk di atas ayunan. Dengan
sigap mamang tukang foto mengabadikan momen itu. Pun demikian dengan saya.
"Hujan, Teh. Maap nih tidak bisa lanjut," kata mamang pengarah gaya.
"Ya sudah gimana lagi. Berapa, Mang?" Tanya teman saya.
"Sewa ayunannya Rp5.000. Kalau fotonya coba dipilih mana yang bagus nanti saya kirim filenya. Tiga foto Rp10.000," jawab si mamang.
Anak muda di sana, mungkin juga dikoordinir oleh pemda setempat telah menjadikan Telaga Biru sebagai salah satu sumber penghasilan. Saya kira tidak ada yang akan keberatan. Objek wisata dimanapun perlu dirawat dan perawatan tentu perlu biaya.
Hujan yang awalnya rintik-rintik lantas berubah menjadi lebat. Turunnya hujan mengakhiri sesi foto dan juga keberadaan kami di sana. Sayang sekali, padahal
belum sempat mencoba naik perahu karet hingga ke tengah telaga dan bercermin di airnya yang jernih.
---
Belalang Sipit
26/01/2020
---
Belalang Sipit
26/01/2020